Menghitung PPh21 tidak lebih dan tidak kurang

Payroll outsourcing merupakan profesi yang unik. Bila saya bertemu dengan seseorang ketika saya menjelaskan bahwa saya membantu klien memproses gaji karyawan perusahaan, umumnya orang akan tersenyum, karena ia  merasakan keunikan pekerjaan tersebut mengapa klien harus perlu dioutsource penggajian sementara banyak perusahaan masih menganggap SDM dapat mengurus sendiri dengan mudah.

Namun setelah lebih dari 15 tahun bergerak di bidang ini, tantangan terbesar ada dalam perhitungan PPh 21. Karena bila terjadi kesalahan atau keterlambatan, kantor pajak dapat memberlakukan denda 2% atas kekurangan bayar pajak termasuk kekurangan bayar pajak dalam tahun berjalan dibandingkan PPh 21 Desember. Sementara itu bila perusahaan membayar lebih, tentu manajemen merasa rugi uangnya berada di kantor pajak tanpa mendapatkan imbalan apapun. Lebih lagi kantor pajak saat ini mempunyai beban berat untuk mencapai target yang tinggi untuk mendapatkan pendapatan pajak, sehingga Kantor Pajak umum menerbitkan Surat Tagihan Pajak atas denda atau keterlambatan atau sedikitnya membuat surat kepada wajib pajak bila ada kecurigaan misalnya pertanyaan mengapa perusahaan membayar pajak bulanan lebih kecil di awal tahun dibanding bulan-bulan berikutnya.

Oleh karena itu akhirnya yang paling penting adalah menghitung pajak dengan tepat, tidak lebih dan tidak kurang merupakan hal yang terpenting.

Ada 2 hal yang dapat saya bagikan agar menghitung pajak tepat tidak lebih dan tidak kurang,

1. saya evaluasi metode perhitungan pajak dengan method Forecast lebih baik dari metode Moving average terutama bila ada kenaikan gaji ditengah tahun. Perhitungan pajak forecast menghitung pajak berdasarkan pendapatan bulan berjalan dikalikan sisa bulan hingga akhir tahun ditambah pendapatan yang sudah dibayar, hasilnya pajak akan sama hingga akhir tahun. Sedangkan moving average menghitung pajak berdasarkan rata-rata pendapatan hingga bulan berjalan disetahunkan, sehingga pajak berjalan akan sedikit demi sedikit naik hingga akhir tahun.   Kami membuat myquantumhr dengan metode forecast untuk menghindari keluhan atau pertanyaan dari karyawan atau Kantor Pajak.

2. Hal lain yang harus diperhatikan ada membedakan mana pendapatan rutin maupun non rutin, contoh paling sederhana seperti tunjangan lembur, sepertinya hal ini rutin, namun bila dievaluasi lebih lanjut sebetulnya dapat berfluktasi, sehingga kami  menganggap tunjangan lembur sebagai pendapatan non rutin akan menghasilkan perhitungan pajak yang lebih tepat.

2 contoh di atas merupakan kasus bagaimana kami mengimplementasikan agar menghitung PPh 21 tidak lebih dan tidak kurang. Kesimpulannya meskipun sepertinya menghitung gaji sepertinya sederhana, tetapi dengan peraturan PPh 21 yang lebih kompleks dibanding peraturan pajak negara lain dan target pajak untuk pembangunan RI, sebetulnya proses pengajian tidak sesederhana seperti banyak orang bayangkan.